Tips Membuat Photo Story
Ada istilah yang mengatakan bahwa sebuah foto bisa bercerita lebih dari 1000 kata. Namun terkadang, untuk mengabadikan dan menceritakan sebuah kisah dibutuhkan lebih dari sebuah foto. Untuk itulah Photo Story hadir.
Mendiskusikan bagaimana cara membuat photo story yang baik, merupakan hal yang menarik. Saya merasa sangat beruntung dapat belajar banyak tentang itu, ketika masih bergabung di majalah National Geographic Indonesia. Saya dapat langsung belajar kepada mentor foto saya, Reynold Sumayku.
Pendekatan dalam Photo Story
Lalu, bagaimana membuat sebuah photo story yang baik? Terkadang, mendiskusikan istilah photo story saja kita akan menemukan istilah lainnya yang malah membuat semakin bingung, ada photo story ada pula photo essay. Jika photo story cenderung mengenai suatu tempat, orang atau situasi. Sedangkan, photo essay cenderung mengenai suatu tipe atau aspek dari banyak tempat, banyak hal, atau orang. Kedua istilah tersebut membutuhkan hal yang sama: alur yang menyatukan.
Pada akhirnya baik photo story atau photo essay sama-sama menceritakan sebuah kisah. Demikian kutipan dari Michael Davis yang juga merupakan mantan picture editor di National Geographic. Berikut ini beberapa tahapan dalam membuat photo story yang baik.
Setelah menemukan cerita yang akan didokumentasikan. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan riset foto. Riset foto dilakukan dengan banyak membaca sumber yang akan digali. Bisa melalui diskusi atau bertanya dengan sumber yang terpercaya ataupun menjelajah data di internet.
Semua informasi 5W + 1 H dikumpulkan agar kita bisa memiliki data yang lengkap dan akurat, sehingga akan memudahkan ketika tiba dilapangan. Semua dikumpulkan dalam satu informasi yang mudah diakses terutama ketika dibutuhkan untuk konfirmasi.
Tahapan ini menjadi langkah awal dan sangat penting dalam menentukan photo story yang akan dibuat. Kata kunci ketertarikan menjadi penting karena kita akan menyampaikan cerita melalui foto dengan fokus dan menarik.
Tidak terbayang apabila kita tidak menyukai cerita yang akan kita sampaikan maka tentunya hasilnya juga tidak akan maksimal, menemukan photo story yang disukai bisa dilakukan dengan banyak membaca dan mencari referensi dari berbagai sumber.
Dengan mendapatkan informasi yang lengkap mengenai obyek photo story melalui riset foto kita akan dengan mudah menentukan peralatan yang akan kita bawa. Usahakan membawa peralatan memotret dengan ringkas agar memudahkan pemotretan.
Jika punya budget berlebih bisa menggunakan dua kamera. Satu untuk lensa lebar dan satu lensa tele. Untuk keperluan secara umum, penggunaan wide angel zoom seperti 16-35mm f:2,8 sangat dianjurkan. Jangan lupa untuk memperhatikan etika dalam penggunaan flash, di beberapa momen penggunaan flash dirasa cukup menggangu. Ada baiknya pemotretan dilakukan sesuai dengan aturan dan tidak melanggar etika.
Mendiskusikan bagaimana cara membuat photo story yang baik, merupakan hal yang menarik. Saya merasa sangat beruntung dapat belajar banyak tentang itu, ketika masih bergabung di majalah National Geographic Indonesia. Saya dapat langsung belajar kepada mentor foto saya, Reynold Sumayku.
Pendekatan dalam Photo Story
Lalu, bagaimana membuat sebuah photo story yang baik? Terkadang, mendiskusikan istilah photo story saja kita akan menemukan istilah lainnya yang malah membuat semakin bingung, ada photo story ada pula photo essay. Jika photo story cenderung mengenai suatu tempat, orang atau situasi. Sedangkan, photo essay cenderung mengenai suatu tipe atau aspek dari banyak tempat, banyak hal, atau orang. Kedua istilah tersebut membutuhkan hal yang sama: alur yang menyatukan.
Pada akhirnya baik photo story atau photo essay sama-sama menceritakan sebuah kisah. Demikian kutipan dari Michael Davis yang juga merupakan mantan picture editor di National Geographic. Berikut ini beberapa tahapan dalam membuat photo story yang baik.
Riset Foto
Setelah menemukan cerita yang akan didokumentasikan. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan riset foto. Riset foto dilakukan dengan banyak membaca sumber yang akan digali. Bisa melalui diskusi atau bertanya dengan sumber yang terpercaya ataupun menjelajah data di internet.
Semua informasi 5W + 1 H dikumpulkan agar kita bisa memiliki data yang lengkap dan akurat, sehingga akan memudahkan ketika tiba dilapangan. Semua dikumpulkan dalam satu informasi yang mudah diakses terutama ketika dibutuhkan untuk konfirmasi.
Temukan Ketertarikan Akan Sebuah Cerita
Tahapan ini menjadi langkah awal dan sangat penting dalam menentukan photo story yang akan dibuat. Kata kunci ketertarikan menjadi penting karena kita akan menyampaikan cerita melalui foto dengan fokus dan menarik.
Tidak terbayang apabila kita tidak menyukai cerita yang akan kita sampaikan maka tentunya hasilnya juga tidak akan maksimal, menemukan photo story yang disukai bisa dilakukan dengan banyak membaca dan mencari referensi dari berbagai sumber.
Peralatan Dan Memotret
Dengan mendapatkan informasi yang lengkap mengenai obyek photo story melalui riset foto kita akan dengan mudah menentukan peralatan yang akan kita bawa. Usahakan membawa peralatan memotret dengan ringkas agar memudahkan pemotretan.
Jika punya budget berlebih bisa menggunakan dua kamera. Satu untuk lensa lebar dan satu lensa tele. Untuk keperluan secara umum, penggunaan wide angel zoom seperti 16-35mm f:2,8 sangat dianjurkan. Jangan lupa untuk memperhatikan etika dalam penggunaan flash, di beberapa momen penggunaan flash dirasa cukup menggangu. Ada baiknya pemotretan dilakukan sesuai dengan aturan dan tidak melanggar etika.